CINTA adalah kata tanpa benda, nama untuk beragam perasaan, muara bagi ribuan makna, wakil dari sebuah kekuatan tak terkira, ia jelas, sejelas matahari.

Jumat, 29 Juli 2011

SOP

    SOP (Standar Operasional Prosedur)  adalah dokumen yang berisi serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan administrasi perkantoran yang berisi cara melakukan pekerjaan, waktu pelaksanaan, tempat penyelenggaraan dan aktor yang berperan dalam kegiatan.                              
Tapi SOP yg kumaksud disini adalah minuman yang berisi berbagai macam buah2an, ada anggur,strwbery,melon,nanas,alpukat,mangga,dan kelapa muda...hmmmmmmm   muanis dan menyegarkan.
cocok untuk menu berbuka puasa ramadhan besok.

Alhamdulillah... Ramadhan insya Allah akan dimulai pd senin tgl 1 agustus 2011, Saudaraku, dalam kesempatan ini aku ingin meminta maaf atas semua salah kata dan perbuatan selama kita berinteraksi, mungkin ada yang memang aku sengaja tapi banyak sekali yg tdk aku sengaja, ada yg aku sadari tapi banyak sekali yg mgkin tdk aku sadari,sekali lagi , dari lubuk hati yg tdalam aku mohon bukalah pintu maafmu untuk ku.
Selamat menjalankan ibadah puasa , smg kita termasuk dalam golongan manusia yg diterima amal ibadahnya,,amin.

Selasa, 26 Juli 2011

Curhat again.........

Bulan ini adl bulan curhat n action, hanya sama  my blog dan hatiku, dan itupun tak cukup ampuh untuk bisa membantuku memenej waktu,shg msh banyak pekerjaan yg blm terselesaikan. Capek kadang iya, rasanya ni kepala penuh,tidur sulit dan kl sdh begitu akhirnya STOP work.
Cara pertama yg aku lakukan u mengatasi kejenuhan dan kemandekan adl menghafal Al Quran, ckup 3 ayat  sj.
Kmd aku ngajak si kecil "ngarit lumbu" di sawah belakang rumah, sampai ke pintu air trs ke timur menelusuri sungai kecil. Menghirup udara segar membuat pikiran segar jg, tapi badan jd pegel2 dan akhirnya  jd males nyuci dan masak,,,,hhhh. hatiku kmd bkata ," Dasar pemalas................................................................................."

Ikhlas adl  hal terpenting yg membuat langkahku tiap hari mjd ringan. Ketika pekerjaan dikantor mbuatku capek aku merasa ini belumlah apa2 dibanding dg pekerjaan teman2 di sebuah pabrik atau dijalan2.
Ketika aku merasa capek dgn pekerjaan rumah, nyuci, masak , setrika dll aku melihat tetanggaku yg putranya banyak namun tak pernah mengeluh. Ketika aku capek mencari barang dagangan, aku teringat niatku yg realisasinya membutuhkan banyak biaya. Semua itu membuatku bersemangat meski kadang tak sejalan dg kondisi fisikku.Alhamdulillah ALLAH memberiku banyak kemudahan.

Alon2 waton klakon ..... sebetulnya satu hal yg tak aku sukai, namun mau bgmn lagi ??? Adakah yg bisa memberiku solusi , agar semua target bisa tercapai tepat waktunya ??



Kamis, 21 Juli 2011

DALAM DUKA

dalam suka ku percaya
kau kan bisa menemani dengan cinta
dalam duka ku bertanya
bagaimana dalam hatimu bicara
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
* cerita yang kita punya
takkan ada jika tak percaya

di saat hampa harimu dan saat hampa hatimu
ku kan ada, ku di sana, menemanimu selalu
di saat hilang jalanmu dan saat hilang nafasmu
ku kan ada, ku di sana, menemanimu selalu

dalam cinta ku bertanya
sampai mana rasa ini kan kucba
..................................................
...................................................
(letto)
kangen sama kamu mbuat pipi ibu' jerawaten guede buanget . tp g papa deh..ibu' pelihara aja biar awet ....hhhhhhh

Senin, 11 Juli 2011

Doaku Untukmu Sayang - Wali

K@n93n

Sdh 2 hari kamu g da di rumah, sepiiiiiiiiiiiiiiiii sx rasanya. Tiap waktu terasa senggang, yg ada hanya menebak2..mungkin skr kamu sdg antri mandi, antri nyuci , antri setrika atau mungkin saja sdg antri pipis x ya..hmmm hidup di pondok tentunya tak jauh beda dg di asrama ibu' dulu , semuaaanya serba antri.
Kata si kecil," kalau mau hidup teratur mmg harus antri, doakan  mbak lika biar bisa sabar ya bu'." sambil meneteskan air matanya tanpa bersuara."Dulu adik benci sama mbak lika krn suka ngusilin adik, tp skr adik kesepian ditinggal mbak lika," katanya dgn air mata yg makin deras.

Perpisahan mmg berat , namun aku tak boleh larut di dlmnya, terus berusaha u positif memandang setiap anugerah dan yakin bahwa semua akan baik2 saja di bawah perlindunganNya, membuatku ikhlas melepasmu terbang menggapai cita2.

Indahnya pertemuan krn ada perpisahan
Indahnya kebahagiaan krn ada kesedihan
Indahnya cinta krn ada pengorbanan
Ada ALLAH yg senantiasa disampingmu
Ada doa ibu yg sll menyertaimu
JANGAN PERNAH TAKUT !
Ibu'  cinta d sayang lika sepenuh hati...Always

Jumat, 08 Juli 2011

Palestina di Dadaku

Pirman Hidayatullah
Oleh: Pirman Hidayatullah
Kirim Print
0diggsdigg
email


Ilustrasi(inet)
Ilustrasi(inet)

dakwatuna.com - Satu satunya Negara di dunia , yang hingga saat ini belum merdeka, adalah Palestina. Ada sejuta asa ketika mendengar nama itu. Cinta tentang kebebasan, cita tentang Perjuangan, dan harap yang akan terus melambung, bahwa mereka sama seperti kita, HARUS MERDEKA. Ketika menyebut atau mendengar nama itu, serta merta timbul berjuta tanya. Tanya pilu seorang muslim yang merindukan kemuliaan agamanya. Apa yang menyebabkan konflik Palestina – zionis berkepanjangan?. Konflik yang terjadi sejak 1967 M ini seakan tidak berujung, berjalin kelindan dan sepertinya, minim solusi. Mengapa palestina tidak segera merdeka.? mengapa Israel terus menerus melancarkan kebiadabannya terhadap sesama makhluk ciptaan Tuhan.? Dan pertanyaan yang paling krusial, bagaimanakah mereka ( bangsa Palestina ) akan memerdekakan diri ? Bilakah masanya tiba.? Kapankah.? Akankah kita menjadi pelaku pembebasan atau sekedar bertepuk dipingir atau bahkan mencela mereka yang tengah berjuang demi kemerdekaan saudara sesama muslim di negeri para Nabi Itu ?.

Palestina, adalah bumi suci. Kiblat pertama umat islam. Di sanalah, masjid Al Aqsha, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam rehat sholat ketika melaksanakan Mi’roj. Di sana, beliau menjadi Imam bagi para Nabi sebelumnya. Di sana pula terletak salah satu pusat peradaban Islam. Semenjak nabi Musa ‘alaihissalam. Di sana pula, terjadi peristiwa peristiwa bersejarah yang tidak terlupakan.

Kita masih ingat bagaimana Nabi Musa ‘alahissalam membebaskan pelestina. Ketika itu, yahudi yang diajaknya untuk berjuang bersama, dengan entengnya, tanpa merasa berdosa, menjawab,”Kamu berjuang saja bersama Robb kamu. Kami menunggu saja di sini. Kalau sudah menang, jangan lupa kabari kami.” Hal itu pulalah yang melatar belakangi turunnya Ayat Allah dalam KalamNya, “Hai, Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi ada orang yang gagah perkasa di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu (Tuhanmu), dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” (QS 5:24). Dan karena itulah, mereka ( yahudi ) tertolak dari bumi suci para nabi itu.
Baru kemudian, sepeninggal Nabi Sulaiman ‘alaihissalam, ketika masyarakat setempat dilanda perang saudara, para yahudi berhasil memasuki kota suci palestina dan kemudian berkarya di dalamnya. Tak dipungkiri, bahwa mereka piawai dalam hal dunia. Mereka hampir menguasai semua jenis keahlian yang ada di dunia ini, terkecuali keahlian untuk mengakui bahwa Allah adalah Robb mereka. Inilah salah satu kebodohan mereka. Kebodohan yang sangat disayangkan. Keboodohan yang kelak menjadikan mereka hina dan bertempat di neraka. Na’udzubillah

Dalam perjalanan panjang sejarah yahudi, mereka mengklaim bahwa palestina, bersama yerussalem di dalamnya, adalah tanah suci yang dijanjikan oleh Tuhan mereka. Itulah tanah suci yang harus mereka rebut dari kaum muslimin. Oleh karenanya, dari masa ke masa mereka senantiasa melancarkan makar dengan berbagai trik, agar palestina tetap dalam dekapan jajahan mereka. Jajahan kafir penyembah berhala.
Dan kita, benar benar merindukan Sosok shalahudin atau Muhammad fatih. Yang dengan gagah berani menampilkan diri. Mempersembahkan jiwa dan raganya untuk kemerdekaan Palestina, untuk kebebasan Al Aqsha, untuk kemuliaan Islam. Maka Allah mengganjar niat mereka dengan kemenangan gemilang. Jenderal Shalahuddin Al Ayubi dan Panglima Muhammad Fatih, berhasil menang telak. Palestina Merdeka kala itu.

Sepeninggal beliau, umat islam seakan Bungkan. Mereka mempunyai banyak mulut. Sayangnya, semuanya bisu. Anggota tubuh mereka lumpuh. Sehingga tak berdaya untuk sekedar membantu. Yang bisa dilakukan, baru sekedar mencaci, mencela, demo dan seterusnya. Itupun, masih banyak dicaci oleh kalangan yang sama sama mengaku islam.banyak suara sumbang yang sangat tidak enak di dengar,tak layak terucap dari mulut seorang muslim, siapapun dan dimanapun beradanya. Sebut saja orang islam yang mengatakan, ”Buat apa melakukan demo membela poalestina? Buat apa membantu untuk kemerdekaan mereka sementara kita sendiri, Bangsa Indonesia, tengah sakit parah ?.” sebuah pertanyaan bodoh yang memiriskan hati. Na’udzubillahi min dzalik.

Lalu, apakah solusi yang harus ditempuh oleh kita, khusunya pemuda dalam berkontribusi terhadap kemerdekaan saudara kita di Palestina dan al Aqsha?

Mari diskusikan bersama.

Pertama, Layakkan Diri. Berjuang bukan sekedar perang. Berjuang, jihad, adalah dalam seluruh aspek. Semuanya. Dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial, juga budaya. Maka, untuk menuju Palestina merdeka Jihad adalah niscaya. Lalu, apakah jihad itu serta merta ? dilakukan begitu saja tanpa perssiapan matang sebelumnya.? Tentunya tidak demikian. Maka, kelayakan adalah niscaya. Jihad adalah masalah kelayakkan. Kelayakkan yang disiapkan. Kelayakan yang dipaksakan. Terus menerus menempa ruhani, pikir dan fisik agar kita benar benar bisa memperjuangkan Palestina dan kemudian memerdekannya. Terus meneruslah menempa diri dengan amal sholih. Tilawah qur’an, Qiyamullai, sholat dhuha’, sedekah’ dan aneka ibadah fisik lainnya, berlari, memanah dan belajar menggunakan senjata , juga puasa sunnah adalah keharusan. Dan kelak, Allah akan menilai kita dengan amal yang kita lakukan. Seperti pengangkatan Muhammad Al Fatih menjadi panglima perang melawan zionis yahudi kala itu. Bukan asesoris duniawi yang dijadikan layak atau tidaknya beliau memimpin. Melainkan dari segi Ibadah. Tentang sholat, tentang puasa, juga tentang tilawah. Subhanallah. Semoga Allah mengijinkan kita untuk mengiktui seleksi menjadi al fatih berikutnya. Bukan sekedar seleksi melainkan biasa lolos menjadi The Next Al Fatih. Kita yakin, maka kita bisa, Allahu Akbar Walillahil hamd.

Kedua, Berperan aktif dalam setiap upaya yang ditujukan bagi kemerdekaan Bangsa Palestina. Di negeri kita, banyak sekali organisasi yang memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Baik dari anggota DPR hingga rakyat jelata yang makan sehari hari saja susah. Di sana sini tercecer ormas yang memang konsisten untuk memperjuangkan kemerdekaan saudara suadara seiman kita di bumi kelahiran Imam syafi’i itu. Sebut saja KNRP ( Komite Nasional untuk rakyat palestina, KISPA ( Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina), Sahabat Al Aqsho, MER-C dan lainnya. Selayaknya kita mendukung setiap upaya mereka karena memang kita tidak akan mungkin memenangkan Palestina dengan tangan kita, seorang diri. Melainkan Allah, akan menurunkan Pertolongannya kepada siapa yang bersatu membantu agamanya. Dalam hal ini, ketika mampu, tidak ada salahnya bagi kita untuk menitipkan harta kita. Untuk membantu operasional perjuangan di sana. Sekali lagi, karena secara individu, uang kita yang hanya beberapa ribu, tidak mungkin kita antarkan sendiri menuju Gaza. Semoga kita termasuk yang membeli surga dengan Sedekah.

Ketiga, Kekuatan Doa. Doa adalah senjata. Senjata bagi mukmin. Doa adalah kekuatan. Doa adalah wujud ketergantungan seorang hamba kepad Allah, satu satunya Robb. Yang menciptakan, membimbing dan memelihara kita. Maka doa adalah hubungan langsung seorang Hamba agar Allah menunjukkan kuasaNya. Masih teringat jelas dalam benak kita, bagaimana Allah memenangkan Perang badar, perang terbesar di jaman Rasulullah. Dimana jumlah muslimin jauh lebih sedikit namun berhasil memenanggkan laga. Salah satu alasannya, adalah karena dikabulkannya doa rasulullah dalam perang itu. Maka, dijaman kita saat ini, ketika fisik memang belum mampu bergabung dengan Mujahid Gaza, doa adalah niscaya. Ia tidak boleh ditinggalkan demi kejayaan Al Aqsgo dan umat islam. Mari lantunkan doa doa terikhlas kita. Setiap selesai sholat, di sepertiga malam terakhir, di waktu sahur, di watu pagi, di waktu dhuha, di kala puasa , di hari jum’at dan seterusnya. Mari berdoa bersama untuk kemerdekaan negeri tercinta Palestina. Allahummanshur ikhwananaa muslimiina wal mujahidiina fi filistin. “Ya Allah, tolonglah Saudara kami, kamu muslimin dan para pejuang di Palestina.” Amiin Ya Robbal ‘alamiin.

Terakhir, bahwa semuanya adalah mimpi. Kemerdekaan palestina hanyalah retorika ketika kita tidak bersatu. Seperti fatah dan hamas yang hingga kini masih berseberangan. Begitupun kita, umat muslim di Indonesia, terlebih di seluruh penjuru dunia. Ketika perbedaan yang ada masih mendominasi, dilatar belakangi oleh semangat fanatisme golongan, maka sekali lagi, kemerdekaan Palestina tidaklah mungkin terjadi. Maka, bersatu dalam naungan islam, bersatu dalam naungan syari’ah, bersatu dalam naungan khilafah islamiyah, adalah Niscaya bagi kemerdekaan bangsa Palestina, juga bangsa muslim yang terjajah lainnya.
Cukuplah Allah mengingatkan kita dalam firmannya, ““Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kalian dulu bermusuhan maka Allah mempersatukan hati kalian, lalu menjadilah kalian karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara, dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk” (Ali Imron [3]: 103).

Mudah mudahan Qur’an senantiasa mengingatkan kita, bahwa Allah telah berjanji di dalam kalam suciNya, “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad : 7)
Dan salah satu bentuk menolong agama Allah, adalah memerdekakan Palestina dan negeri Muslim lainnya. Memerdekakan mereka dari segala bentuk penjajahan. Semampu kita.
Semoga Allah memudahkan kita untuk menjadi penolong AgamaNya. Amiin Ya Robb.

Senin, 04 Juli 2011

Muhammad Al Dorrah

Tantangan Si Kecil Muhammad Al Dorrah kepada Seluruh Tentara Israel sedetik Sebelum Ajalnya Datang Menjelang


Kirim Print
0diggsdigg
email
printdakwatuna.com
Karya seni "Mohammed Al-Durra and His Father. Palestine" (inet)
Dengan membusungkan dada
Dada yang merah menyala
Dengan mengepalkan tangan kanannya
Tangan yang merah menyala
Ia teriakkan sebuah tantangan
Tantangan yang merah menyala
Kepada seluruh tentara Israel yang durjana
Ayo tembakkan seluruh peluru kalian ke dadaku
Dan dada anak-anak Palestina
Maka kalian akan kalah bersama keputusasaan
Dan kami akan menang bersama keyakinan

(Puisi ini pernah dibacakan dalam Kuala Lumpur Word Poetry Reading, Oktober 2002. Dibacakan kembali pada acara Asia-Pacific Community Conference for Palestine di Jakarta 29 Juni 2011)


Jumat, 01 Juli 2011

ISRA' MI'RAJ

Thomas Djamaluddin

Isra’ Mi’raj: Inspirasi Mengintegrasikan Sains dalam Aqidah dan Ibadah

27/6/2011 | 26 Rajab 1432 H | Hits: 3.214
Oleh: Thomas Djamaluddin
Kirim Print
Ilustrasi (wordpress.com/tdjamaluddin)

dakwatuna.com - Isra’ mi’raj bukanlah kisah perjalanan antariksa. Aspek astronomis sama sekali tidak ada dalam kajian Isra’ mi’raj. Namun, Isra’ mi’raj mengusik keingintahuan akal manusia untuk mencari penjelasan ilmu. Aspek aqidah dan ibadah berintegrasi dengan aspek ilmiah dalam membahas Isra’ mi’raj. Inspirasi saintifik Isra’ Mi’raj mendorong kita untuk berfikir mengintegrasikan sains dalam aqidah dan ibadah.
Mari kita mendudukkan masalah Isra’ mi’raj sebagai mana adanya yang diceritakan di dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits shahih. Kemudian sekilas kita ulas kesalahpahaman yang sering terjadi dalam mengaitkan Isra’ mi’raj dengan kajian astronomi. Hal yang juga penting dalam mengambil hikmah peringatan Isra’ mi’raj adalah menggali inspirasi saintifik yang mengintegrasikan sains dalam memperkuat aqidah dan menyempurnakan ibadah.

Kisah dalam Al-Qur’an dan Hadits

Di dalam QS. Al-Isra’:1 Allah menjelaskan tentang Isra’:  “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad SAW) pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Dan tentang mi’raj Allah menjelaskan dalam QS. An-Najm:13-18:  “Dan sesungguhnya dia (Nabi Muhammad SAW) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, di Sidratul Muntaha. Di dekat (Sidratul Muntaha) ada surga tempat tinggal. (Dia melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh suatu selubung. Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.”

Sidratul muntaha secara harfiah berarti ‘tumbuhan sidrah yang tak terlampaui’, suatu perlambang batas yang tak seorang manusia atau makhluk lainnya bisa mengetahui lebih jauh lagi. Hanya Allah yang tahu hal-hal yang lebih jauh dari batas itu. Sedikit sekali penjelasan dalam Al-Qur’an dan hadits yang menerangkan apa, di mana, dan bagaimana sidratul muntaha itu.

Kejadian-kejadian sekitar Isra’ dan mi’raj dijelaskan di dalam hadits-hadits nabi. Dari hadits-hadits yang shahih, didapati rangkaian kisah-kisah berikut. Suatu hari malaikat Jibril datang dan membawa Nabi, lalu dibedahnya dada Nabi dan dibersihkannya hatinya, diisinya dengan iman dan hikmah.
Kemudian didatangkan Buraq, ‘binatang’ berwarna putih yang langkahnya sejauh pandangan mata. Dengan Buraq itu Nabi melakukan Isra’ dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis) di Palestina. Nabi SAW shalat dua rakaat di Baitul Maqdis, lalu dibawakan oleh Jibril segelas khamr (minuman keras) dan segelas susu; Nabi SAW memilih susu. Kata malaikat Jibril, “Engkau dalam kesucian, sekiranya kau pilih khamr, sesatlah umat engkau.”

Dengan Buraq pula Nabi SAW melanjutkan perjalanan memasuki langit dunia. Di sana dijumpainya Nabi Adam yang di kanannya berjejer para ruh ahli surga dan di kirinya para ruh ahli neraka. Perjalanan diteruskan ke langit ke dua sampai ke tujuh. Di langit ke dua dijumpainya Nabi Isa dan Nabi Yahya. Di langit ke tiga ada Nabi Yusuf. Nabi Idris dijumpai di langit ke empat. Lalu Nabi SAW bertemu dengan Nabi Harun di langit ke lima, Nabi Musa di langit ke enam, dan Nabi Ibrahim di langit ke tujuh. Di langit ke tujuh dilihatnya Baitul Ma’mur, tempat 70.000 malaikat shalat tiap harinya, setiap malaikat hanya sekali memasukinya dan tak akan pernah masuk lagi.

Perjalanan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha. Dari Sidratul Muntaha didengarnya kalam-kalam (‘pena’). Dari sidratul muntaha dilihatnya pula empat sungai, dua sungai non-fisik (bathin) di surga, dua sungai fisik (dhahir) di dunia:  sungai Efrat dan sungai Nil. Lalu Jibril membawa tiga gelas berisi khamr, susu, dan madu, dipilihnya susu. Jibril pun berkomentar, “Itulah (perlambang) fitrah (kesucian) engkau dan umat engkau.” Jibril mengajak Nabi melihat surga yang indah. Inilah yang dijelaskan pula dalam Al-Qur’an surat An-Najm. Di Sidratul Muntaha itu pula Nabi melihat wujud Jibril yang sebenarnya.

Puncak dari perjalanan itu adalah diterimanya perintah shalat wajib. Mulanya diwajibkan shalat lima puluh kali sehari-semalam. Atas saran Nabi Musa, Nabi SAW meminta keringanan dan diberinya pengurangan sepuluh-sepuluh setiap meminta. Akhirnya diwajibkan lima kali sehari semalam. Nabi enggan meminta keringanan lagi, “Aku telah meminta keringanan kepada Tuhanku, kini saya rela dan menyerah.” Maka Allah berfirman, “Itulah fardhu-Ku dan Aku telah meringankannya atas hamba-Ku.”

Urutan kejadian sejak melihat Baitul Ma’mur sampai menerima perintah shalat tidak sama dalam beberapa hadits, mungkin menunjukkan kejadian-kejadian itu serempak dialami Nabi. Dalam kisah itu, hal yang fisik (zhahir) dan non-fisik (bathin) bersatu dan perlambang pun terdapat di dalamnya. Nabi SAW yang pergi dengan jasad fisik hingga bisa shalat di Masjidil Aqsha dan memilih susu yang ditawarkan Jibril, tetapi mengalami hal-hal non-fisik, seperti pertemuan dengan para Nabi yang telah wafat jauh sebelum kelahiran Nabi SAW dan pergi sampai ke surga. Juga ditunjukkan dua sungai non-fisik di surga dan dua sungai fisik di dunia. Dijelaskannya makna perlambang pemilihan susu oleh Nabi Muhammad SAW, dan menolak khamr atau madu. Ini benar-benar ujian keimanan, bagi orang mukmin semua kejadian itu benar diyakini terjadinya. Allah Maha Kuasa atas segalanya.

“Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: “Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia”. Dan Kami tidak menjadikan pemandangan yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi  manusia….” (QS. 17:60).

“Ketika orang-orang Quraisy tak mempercayai aku (kata Nabi SAW), aku berdiri di Hijr (menjawab berbagai pertanyaan mereka). Lalu Allah menampakkan kepada saya Baitul Maqdis, aku dapatkan apa yang aku inginkan dan aku jelaskan kepada mereka tanda-tandanya, aku memperhatikannya….” (HR. Bukhari, Muslim, dan lainnya).

Hakikat Tujuh Langit

Peristiwa Isra’ mi’raj yang menyebut-nyebut tujuh langit mau tak mau mengusik keingintahuan kita akan hakikat langit, khususnya berkaitan dengan tujuh langit yang juga sering disebut-sebut dalam Al-Qur’an.  Bila kita dengar kata langit, yang terbayang adalah kubah biru yang melingkupi bumi kita. Benarkah yang dimaksud langit itu lapisan biru di atas sana dan berlapis-lapis sebanyak tujuh lapisan?
Warna biru hanyalah semu, yang dihasilkan dari hamburan cahaya biru dari matahari oleh partikel-partikel atmosfir. Langit (samaa’ atau samawat) berarti segala yang ada di atas kita, yang berarti pula angkasa luar, yang berisi galaksi, bintang, planet, batuan, debu dan gas yang bertebaran. Dan lapisan-lapisan yang melukiskan tempat kedudukan benda-benda langit sama sekali tidak ada.

Bilangan ‘tujuh’ sendiri dalam beberapa hal di Al-Qur’an  tidak  selalu menyatakan  hitungan  eksak  dalam  sistem desimal. Di dalam Al-Qur’an ungkapan ‘tujuh’ atau ‘tujuh  puluh’ sering mengacu  pada jumlah yang tak terhitung. Misalnya, di dalam Q.S. Al-Baqarah:261 Allah menjanjikan: “Siapa  yang  menafkahkan  hartanya di  jalan  Allah  ibarat  menanam  sebiji benih yang menumbuhkan tujuh tangkai  yang masing-masingnya     berbuah    seratus    butir. Allah  melipatgandakan pahala orang-orang yang dikehendakinya….” Juga di dalam Q.S. Luqman:27: “Jika seandainya semua pohon di bumi dijadikan sebagai  pena dan  lautan  menjadi tintanya dan  ditambahkan tujuh lautan lagi, maka tak akan habis Kalimat Allah….” Jadi  ‘tujuh langit’ lebih mengena bila  difahamkan  sebagai  tatanan  benda-benda langit yang tak terhitung banyaknya, bukan sebagai lapisan-lapisan langit.

Lalu, apa hakikatnya langit dunia, langit ke dua, langit ke tiga, … sampai langit ke tujuh dalam kisah Isra’ mi’raj?  Mungkin ada orang mengada-ada penafsiran, mengaitkan dengan astronomi. Para penafsir dulu ada yang berpendapat bulan di langit pertama,  matahari di langit ke empat, dan planet-planet lain di lapisan lainnya. Kini ada sembilan planet yang sudah diketahui, lebih dari tujuh. Tetapi, mungkin masih ada orang yang ingin mereka-reka. Kebetulan, dari jumlah planet yang sampai saat ini kita ketahui, dua planet dekat matahari (Merkurius dan Venus), tujuh lainnya –termasuk bumi– mengorbit jauh dari matahari.

Pengertian langit dalam kisah Isra’ mi’raj bukanlah  pengertian langit secara fisik. Karena, fenomena yang diceritakan Nabi pun bukan fenomena fisik, seperti perjumpaan dengan para Nabi yang hakikatnya telah wafat. Langit dan Sidratul Muntaha dalam kisah Isra’ mi’raj adalah alam ghaib yang tak bisa kita ketahui hakikatnya dengan keterbatasan ilmu manusia. Hanya Rasulullah SAW yang berkesempatan mengetahuinya. Isra’ mi’raj adalah mukjizat yang hanya diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.

Perjalanan Keluar Dimensi Ruang Waktu

Isra’ mi’raj jelas bukan perjalanan seperti dengan pesawat terbang antarnegara dari Mekkah ke Palestina dan penerbangan antariksa dari Masjidil Aqsha ke langit ke tujuh lalu ke Sidratul Muntaha. Isra’ Mi’raj adalah perjalanan keluar dari dimensi ruang waktu. Tentang caranya, iptek tidak dapat menjelaskan. Tetapi bahwa Rasulullah SAW melakukan perjalanan keluar ruang waktu, dan bukan dalam keadaan mimpi, adalah logika yang bisa menjelaskan beberapa kejadian yang diceritakan dalam hadits shahih. Penjelasan perjalanan keluar dimensi ruang waktu setidaknya untuk memperkuat keimanan bahwa itu sesuatu yang lazim ditinjau dari segi sains, tanpa harus mempertentangkannya dan menganggapnya sebagai suatu kisah yang hanya dapat dipercaya saja dengan iman.

Kita hidup di alam yang di batas oleh dimensi ruang-waktu (tiga dimensi ruang –mudahnya kita sebut panjang, lebar, dan tinggi –, serta satu dimensi waktu ). Sehingga kita selalu memikirkan soal jarak dan waktu. Dalam kisah Isra’ mi’raj, Rasulullah bersama Jibril dengan wahana “Buraq” keluar dari dimensi ruang, sehingga dengan sekejap sudah berada di Masjidil Aqsha. Rasul bukan bermimpi karena dapat menjelaskan secara detail tentang masjid Aqsha dan tentang kafilah yang masih dalam perjalanan. Rasul juga keluar dari dimensi waktu sehingga dapat menembus masa lalu dengan menemui beberapa Nabi. Di langit pertama (langit dunia) sampai langit tujuh berturut-turut bertemu (1) Nabi Adam, (2) Nabi Isa dan Nabi Yahya, (3) Nabi Yusuf, (4) Nabi Idris, (5) Nabi Harun, (6) Nabi Musa, dan (7) Nabi Ibrahim. Rasulullah SAW juga ditunjukkan surga dan neraka, suatu alam yang mungkin berada di masa depan, mungkin juga sudah ada masa sekarang sampai setelah kiamat nanti.

Sekadar analogi sederhana perjalanan keluar dimensi ruang waktu adalah seperti kita pergi ke alam lain yang dimensinya lebih besar. Sekadar ilustrasi, dimensi 1 adalah garis, dimensi 2 adalah bidang, dimensi 3 adalah ruang. Alam dua dimensi (bidang) dengan mudah menggambarkan alam satu dimensi (garis). Demikian juga alam tiga dimensi (ruang) dengan mudah menggambarkan alam dua dimensi (bidang). Tetapi dimensi rendah tidak akan sempurna menggambarkan dimensi yang lebih tinggi. Kotak berdimensi tiga tidak tampak sempurna bila digambarkan di bidang yang berdimensi dua.

Sekarang bayangkan ada alam berdimensi dua  (bidang) berbentuk U. Makhluk di alam “U” itu bila akan berjalan dari ujung satu ke ujung lainnya perlu menempuh jarak jauh. Kita yang berada di alam yang berdimensi lebih tinggi dengan mudah memindahkannya dari satu ujung ke ujung lainnya dengan mengangkat makhluk itu keluar dari dimensi dua, tanpa perlu berkeliling menyusuri lengkungan “U”.

Alam malaikat (juga jin) bisa jadi berdimensi lebih tinggi dari dimensi ruang waktu, sehingga bagi mereka tidak ada lagi masalah jarak dan waktu. Karena itu mereka bisa melihat kita, tetapi kita tidak bisa melihat mereka. Ibaratnya dimensi dua tidak dapat menggambarkan dimensi tiga, tetapi sebaliknya dimensi tiga mudah saja menggambarkan dimensi dua. Bukankah isyarat di dalam Al-Quran dan Hadits juga menunjukkan hal itu. Malaikat dan jin tidak diberikan batas waktu umur, sehingga seolah tidak ada kematian bagi mereka. Mereka pun bisa berada di berbagai tempat karena tak di batas oleh ruang.

Rasulullah bersama Jibril diajak ke dimensi malaikat, sehingga Rasulullah dapat melihat Jibril  dalam bentuk aslinya (baca QS 53:13-18). Rasul pun dengan mudah pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya, tanpa terikat ruang dan waktu. Langit dalam konteks Isra’ Mi’raj pun bukanlah langit fisik berupa planet atau bintang, tetapi suatu dimensi tinggi. Langit memang bermakna sesuatu di atas kita, dalam arti fisik maupun non-fisik.

Sains Terintegrasi dengan Aqidah dan Ibadah

Bagaimanapun ilmu manusia tak mungkin bisa menjabarkan hakikat perjalanan Isra’ mi’raj. Allah hanya memberikan ilmu kepada manusia sedikit sekali (QS. Al-Isra: 85). Hanya dengan iman kita mempercayai bahwa Isra’ mi’raj benar-benar terjadi dan dilakukan oleh Rasulullah SAW. Rupanya, begitulah rencana Allah menguji keimanan hamba-hamba-Nya (QS. Al-Isra:60) dan menyampaikan perintah shalat wajib secara langsung kepada Rasulullah SAW.
“…dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: ‘Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia’ dan Kami tidak menjadikan penglihatan (saat Isra’ mi’raj) yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia …”

Pemahaman dengan pendekatan konsep ekstra dimensi sekadar pendekatan sains untuk merasionalkan konsep aqidah terkait Isra’ mi’raj, walau belum tentu tepat. Tetapi upaya pendekatan saintifik sering dipakai sebagai dalil aqli (akal) untuk memperkuat keyakinan dalam aqidah Islam. Sains seharusnya tidak kontradiktif dengan aqidah dan aqidah bukan hal yang bersifat dogmatis semata, tetapi memungkinkan dicerna dengan akal. Mengintegrasikan sains dalam memahami aqidah dapat menghapuskan dikotomi aqidah dan sains, karena Islam mengajarkan bahwa kajian sains tentang ayat-ayat kauniyah tak terpisahkan dari pemaknaan aqidah.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (QS 3:190-191).

Pada sisi lain Isra’ mi’raj mengajarkan makna mendalam dalam hal ibadah. Makna penting Isra’ mi’raj bagi umat Islam ada pada keistimewaan penyampaian perintah shalat wajib lima waktu. Ini menunjukkan kekhususan shalat sebagai ibadah utama dalam Islam. Shalat mesti dilakukan oleh setiap Muslim, baik dia kaya maupun miskin, dia sehat maupun sakit. Ini berbeda dari ibadah zakat yang hanya dilakukan oleh orang-orang yang mampu secara ekonomi, atau puasa bagi yang kuat fisiknya, atau haji bagi yang sehat badannya dan mampu keuangannya.

Shalat lima kali sehari semalam yang didistribusikan di sela-sela kesibukan aktivitas kehidupan, mestinya mampu membersihkan diri dan jiwa setiap Muslim. Allah mengingatkan:
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab  (Al  Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat  Allah  (shalat) adalah  lebih  besar  (keutamaannya  dari  ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Ankabut:45).

Isra’ dan mi’raj juga memberikan inspirasi untuk merenungi makna ibadah shalat, termasuk aspek saintifiknya. Umat Islam telah membuktikan bahwa sains pun bisa diintegrasikan dalam urusan ibadah, untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah. Demi kepentingan ibadah shalat, umat Islam mengembangkan ilmu astronomi atau ilmu falak untuk penentuan arah kiblat dan waktu shalat. Tuntutan ibadah mendorong kemajuan sains astronomi pada awal sejarah Islam. Kini astronomi telah menjadi alat bantu utama dalam penentuan arah kiblat dan waktu shalat. Konsepsi astronomi bola digunakan untuk penentuan arah kiblat. Perhitungan posisi matahari digunakan untuk mencari waktu istimewa dalam penentuan arah kiblat dan jadwal shalat harian. Kita cukup melihat jadwal shalat, tidak lagi direpotkan harus melihat langsung fenomena cahaya matahari atau bayangannya setiap akan shalat. Kini semua umat Islam Indonesia, apa pun ormasnya, secara umum bisa bersepakat dengan kriteria astronomis dalam penyusunan jadwal shalat.

Inspirasi pemanfaatan sains dalam ibadah juga diperluas untuk ibadah-ibadah lainnya terkait dengan penentuan waktu. Penentuan awal Ramadhan dan hari raya kini sudah banyak memanfaatkan pengetahuan astronomi atau ilmu falak, baik untuk keperluan perhitungannya (hisab) maupun untuk pengamatannya (rukyat). Penentuan awal Ramadhan atau hari raya yang kadang berbeda saat ini bukan lagi disebabkan oleh perbedaan metode hisab dan rukyat, tetapi lebih disebabkan oleh perbedaan kriteria astronomisnya. Alangkah indahnya kalau pelajaran kesepakatan kriteria astronomis dalam penentuan jadwal shalat juga diterapkan untuk penentuan awal Ramadhan dan hari raya sehingga potensi perbedaan dapat dihilangkan. Tanpa kesepakatan kriteria itu, tahun ini dan beberapa tahun ke depan kita akan menghadapi lagi persoalan perbedaan awal Ramadhan dan hari raya.

Upaya menuju titik temu kriteria astronomi sudah mulai dilakukan. Tinggal selangkah lagi kita bisa mendapatkan kriteria hisab rukyat Indonesia yang mempersatukan umat. Isra’ mi’raj pun mengajarkan upaya menuju “titik temu” menurut cara pandang manusiawi antara Allah dan Rasulullah terkait dengan jumlah shalat wajib yang semula 50 kali menjadi 5 kali sehari semalam. Satu sisi itu menunjukkan kemurahan Allah, tetapi pada sisi lain kita bisa mengambil pelajaran bahwa kompromi untuk mencapai titik temu adalah suatu keniscayaan. Kita tidak boleh memutlakkan pendapat kita seolah tidak bisa berubah, termasuk untuk mencapai titik temu. Kriteria astronomis hisab rukyat juga bukan sesuatu yang mutlak, mestinya bisa kita kompromikan untuk mendapatkan kesepakatan ada ketenteraman dalam beribadah shaum Ramadhan dan ibadah yang terkait dengan hari raya (zakat fitrah, shalat hari raya, Shaum di bulan Syawal,  shaum Arafah)
Isra’ mi’raj memberikan inspirasi mengintegrasikan sains dalam memperkuat aqidah dan menyempurnakan ibadah, selain mengingatkan pentingnya shalat lima waktu.